Selasa, 23 September 2008

SEKTE INTELEK YANG TERPELAJAR SKEPTISME TERHADAP MEMPECAYAI MUJIZAT ALLAH

Tantangan Untuk Menyangkali Aktivitas Supernatural

Pendahuluan

Menurut David Copperfield yang bisa melakukan keajaiban terbang dan lainnya mengakui bahwa semuanya itu merupakan menipulasi secara teknik dan ilusi optik mengelabui pandangan mata. Dia mengakui sendiri tidak menggunakan kuasa supernatural, tetapi natural semata. Hasil penelitian, hasil usaha bertahun-tahun. Ini berbeda degan klaim mujizat dalam Alkitab yang bersifat supernatural.
Hanya dalam iman Kristen mujizat merupakan faktor integral misalnya kelahiran dan kebangkitan Yesus. Dalam agama lain mujizat tidak integral dikesampingkan pun utuh. Tetapi di dalam Kristen jikalau mujizat ditinggalkan maka semunya runtuh. Tetapi itulah yang tidak ditiadakan siapapun dari dulu hingga kini. Tanpa mujizat kepercayaan Budhis, Hindiuis dan lainnya utuh; tidak percaya mujizat, maka kolapslah Kristen. Kristen adalah kabar baik mujizat pengampunan dosa oleh penebusan yang ditandai kebangkitan Kristus.
Setiap bentuk skeptisme terhadap mujizat merupakan penggerongotan fondasi iman Kristen. Karena itu skeptisme terhadap mujizat harus dikikis sampai keakarnya..
Skeptisme Terhadap Mujizat Dilema Skeptis Apakah sebabnya seorang mengakui adanya Allah tetapi meyangkali kemungkinan terjadinya mujizat? Ini yang disebut sebagai orang yang “ingin memakan sekaligus tetap memegang kukisnya”. Sebetulnya mujizat tidak menjadi persoalan jikaklu Allah tidak ada. Tetapi karena Dia ada, pernyataan logis yaitu: apakah Dia aktif dalam semesta? Apakah aktivitasnya terbatas yang natural, ataukah mencakup yang supranatural luar biasa? Dalam karya tulisan ilmiah ini berbicara tentang mujizat seorang intelek terpelajar naturalis melawan mujizat yaitu dengan berusaha membuktikan tidak ada Allah! Karena eksisnya Allah merupakan fondasi mujizat yang sebenarnya.Empat Posisi Tentang Mujizat Sebenarnya hanya ada empat posisi tentang mujizt Atheisme penyangkalan mujizat yang diprediksi pada tidak eksisnya pembuat mujizat.Deisme penyangkalan mujizat yang diprediksi pada Allah tanpa intervensi dalam semesta Theisme mengakui kemungkinan adanya mujizat karena semesta terbuka terhadap aktivitas supranatural Allah.Saintisme penyangkalan mujizat karena menganggap sains bersifat mahatahu serta bisa menjelaskan segala. Kebanyakan penyangkalan mujizat termasuk pihak saintisme diistik kelaupun Allah ada Dia tidak mencampuri urusan di bumi. Lebih lagi sains yang mahatahu dapat menjelaskan segala.


Penyangkalan Miskin Bukti

Tetapi asumsi saja merupakan iman tanpa dasar. Karena itu seorang yang skeptis terhadap mujizat harus membuktikan beberapa hal tentang mujizat sebelumya skeptisme absah yaitu:
1. Mujizat adalah mustahil secara logika
2. Selanjutnya, mujizat adalah mustahil secara aktul dan
3. Mujizat tidak pernah terjadi secara aktual.
Rupanya pembuktian hal-hal sedemikian itulah yang mustahil dan bukan sebaliknya.
Skeptisme mengasumsi terlalu berlebihan walaupun miskin data . Bisa saja seorang mengetahui dengan pasti bahwa tidak ada mujizat? Bagaimanakah mungkin dia sedemikian kemahatahuannya? Lagi pula sikap dogmatis itu sendiripun tidak ilmiah. Karena sains hanya mengobservasi yang reguler? Bagaimanakah memprediksi mujizat yang tidak reguler? Dari sisi Kristen tidak anti akal, tetapi iman yang diserti pemahaman, sekaligus pemahaman yang beriman. Karena itu rumusan definisi mujizat sangatlah vital. Dan pandangan Kristen mengakui bahwa mujizat bukan pikiran manusia biasa, malainkan idealis absolut Allah sendiri yang manifestasikan secara langsung tanpa kesadaran manusia.

Dilarang Keras Untuk Mendefinikan Mujizat Allah

Mujizat Intervesi Allah Tanpa Membatalkan Hukum Alam
Definisi keliru: Enurut Humne mendefinisikan mujizat secara keliru sebagai pembatalan hukum alam. Tetapi jikalau terbukti bahwa mujizat tidak membatalkan hukum alam maka teori dan dikritikannya terhadap mujizat gugur dengan sendirinya.
Unsur supranatural: dalam Perjanjian Baru istilah mujizat berasal dari iatilah Dunamisme “( karya Kuasa )” dan Semeion atau “tanda”. Sebuah mujizat adalah intervensi illahi di dalam atau terhadap operasi regulaer dunia yang memproduksi sebuah kejadian dengan tujuan tertentu dalam bersifat luar biasa sebab tidak bisa terjadi dengan cara lain”
Menurut Holland memberikan definisi mujizat yang menarik, mujizat adalah:
1. Pasti secara empiris (sungguh terjadi) ;
2. Mustahil secara konseptual (tidak bisa dijelaskan tanpa penjelasan lebih tinggi dari pengalaman);
3. Mujizat tidak bisa dijelaskan oleh istilah ilmiah saja tetapi bisa secara religius.
Bolehkah kita katakan bahwa sebuah mujizat merupakan peristiwa yang demikian ajaibnya, sehingga dengan mempertimbangkan semua faktor yang ada maka penjelasan yang paling tepat Allah intervensi secara langsung.
Hukum Alam Tidak Batal : jikalau hukum alam bersifat reguler teratur, mujizat bersifat ireguler (tidak teratur) sebagai tindakan spesifik Allah yang lebih besar dari semesta ini. Walaupun tidak teratur ( karena itulah disebut mujizat ), Dia tidk melawan dan tidak membatalkan hukum alam. Bisa saja yang kita sebut mujizat bukanlah penangguhan hukum alam, tetapi penambahan super atau sebagai sesuatu yang tidak umum tersebut. Yang harus diingat yaitu seorang Kristen tidak mengartikan mujizat sebagai pembatalan atau pelanggaran hukum alam, tetapi sebgaia fenomena kejadian unik tanpa anologi.
Membedakan Kejadian Dan Sigfikan : Sebagai kejadian historis, mujizat mempunyai signifikan, bakan lebih dari kejadian lainnya. Karena kejadian unik justru lebih signifikan dari kejadian reguler. Barang kali kelahiran yang hanya sekali, lebih signifikan dari kunjungan anak yang sering kali teratur. Yang pasti signifikan tidak ketentuan frekwensi kejadian tanpa sifat kejadian. Demikianlah mujizat-mujizat Yesus disebut semeia (tanda) yang menunjuk pada signifikan klaim-klaimnya.
Teolog eksistensialis, liberal dan Neo Orthodoks salah menyamakan signifikan dengan kejadian unik kebangkitan. Kita mau menekankan bahwa signifikan Yesus hidup dalam hatiku adalah sangat strategis. Tetapi itu hanyalah dimungkinkan oleh mujizat kebangkitan Yesus, bangkit secara tubuh dari kematian.

Mujizat Bukan Keajaiban Natural Tetapi Supranatural

Mujizat lebih bersifat sebuah karya langkah oleh kuasa supranatuaral yang menunjukan pada sebuah fakta penting. Walaupun demikian jangan lupa bahwa sifat luar biasanya mujizat yang kita maksudkan bukan keajaiban alam natural tetapi keajaiban supranatural.
Karena kita tidak menolak definisi kamus yang mengatakan bahwa mujizat membatalkan hukum alam. Kamus Webster New word dictionary, misalnya mengartikan mujizat sebagai : 1. sebuah kejadian atau tindakan yang kelihatannya kontradiksi dengan hukum-huum alamiah yang diketahui; 2. sebuah hal luar biasa. Memang luar biasa tetapi kontra hukum alam atau hukum sains tentu saja tidak.
Justru karena kita mempercayai regularitas hukum alam maka kita mempercayai mujizat. Jikalau tidak ada hukum alam mana ada pengecualian supra alam atas alam? Atheis, Pantheis, dan Animis tidak mempercayai mujizat, karena Atheis tidak mempunyai Allah supra alam untuk menjadi pembuat mujizat; allah Pantheis tidak bisa karena dia identik dengan seluruh alam ini; dan allah Animis alam ini. Atheis dan Animis tidak mempunyai allh di luar alam Pantheis tidak mampunyai alam di luar Allah. Karena itu mereka tidak berbicara tentang mujizat dalam arti yang sebenarnya.

Mujizat Allah Tidak Perlu Meminta Ijin Pada Sians

Beberapa asumsi kosong bahwa sains telah lama mengubur mujizat. Sekarang kita bertanya sains yang mana? Bagaimana caranya? Siapa yang membuktikannya? Dan kapan pembuktian itu diadakan? Tidak ada yang bisa menjawab dengan pasti satupun pertanyaan tersebut. Malah sikap demikian itulah yang bukan merupakan sains.
Kedua sains sudah berhasil menyingkapkan banyak rahasia. Memang sains menerangkan rahasia petir dan guntur misalnya, tetapi tidak bisa menjelaskan asal usul manusia, semesta dan kebangkitan Yesus, karena sains terbatas.
Ketiga benteng utama sains skeptis yaitu : munizat mengkotradiksi sains. Artinya kelahiran Yesus dari anak darah lainnya mustahil. Tetapi hukum sains merupakan jeneralisai hasil observasi kejadian reguler. Sains tidakl berkompetensi meramal yang biasa dan tidak bisa terjadi. Selanjutnya Sins tidak berkompetensi untuk melarang pengecualian pada alam.
Mujizat juga merupakan pengecualian! mengapa boleh terjadi pada hukum bantuan manusia, tetapi tidak pada hukum alam yang hukumNya juga? Bukan lagi iman yang picik, justru ilmu tertutup yang picik. Peristiwa supra alam tidak mengkotradiksi kejadian alam. Sains hanya menunjukan agen-agen yang beroperasi di alam tetapi tidak bisa menunjukan yang beroperasi di luar alam.

Mujizat Bukan Kreasi Sejarahwan Dan Sains

Berikut ini adalah pihak-pihak yang tidak berkompetensi sah tidaknya mujizat
1. Sejarahwan mempelajari sejarah masa lampau tidak berkompeten meramal dan menentukan apa yang boleh dan tidak boleh terjadi. Sejarahwan hanya berkompeten menguji data masa lampau guna menentukan apakah laporan mujizat otentik atau palsu. Tetapi penentuan bisa atau tidaknya mujizat merupakan tritorial filsafat bukan sejarah.
2. Ilmuwan hanya memutuskan hasil observasi hal-hal empiris yang reguler repretitf merumuskan bukan jeneralisasi. Dia tidak berkompetensi menentukan apa yang bisa dan tidak bisa terjadi. Meramal bukan bidang sains, kalau mau dikatakan agama pun, penujuman adalah agama palsu alias perdukunan.
Para ilmuwan perlu mendengar peringatan profesor Wolfhart Pannenberg dari Universitas Munich, sehubungan dengan kebangkitan Kristus bahwa soal apakah sesuatu terjadi atau tidak terjadi pada waktu tertentu beribu tahun yang lalu hanyalah bisa ditentukan oleh argumentasi (bukti historikal).
Sejak Einstein, tidak seorang modernpun berhak mengecualikan kejadian-kejadian karena pengetahuan awal tentang “hukum alam”. Satu-satunya jalan untuk mengetahui kalau sebuah peristiwa bisa terjadi yaitu dengan menyelidiki data kalau-kalau itu sudah terjadi. Problem mujizat harus dibbereskan dalam bidang penelitian sejarah, bukan dibidang spekulasi filsafat. Kini perlu kiranya kita memahami antidot skeptisme terhadap mujizat.

Antidot Skeptisme Konsistensi Logis Dan Iman & mujizat
1. Allah ada, dan Allah bisa melakukan yang mungkin secra logis.
2. Mujizat adalah sesuatu yang mungkin secara logis.
3. Karena itu, secara logis Allah bisa membuat mujizat.
4. Yang pernah terjadi secara aktual bersifat mungkin saja terjadi lagi secara aktual.
5. Sebuah mujizat telah terjadi secara aktual (mis. Penciptaan semesta, kebangkitan).
6. Karena itu sebuah mujizat sesungguhnya mungkin terjadi secara aktual.
Konsisten dengan poin pertama Allah, ada seorang Kristen bersikap terbuka terhadap mujizat kalau sudah terjadi dan tidak menyangkali jikalau akan terjadi lagi. Apakah sikap seperti itu irasional? Tentu saja tidak. Lebih bersikap transrasional, tetapi tidak irasional. Seorang Kristen tidak berfikir kurang dari itu, maupun berlebihan dari itu. Berpikiran demikian tidak bekampungan, tidk juga melawan logika, tetapi konsisten dengan teori nalaran yang sah.
Karena itu boleh dikatakan bahwa asumsi non eksistesi mujizat lebih bersifat komitmen filsafat dari pada pembuktian ilmiah. Lebih bersifat iman dari pada ilmu.


Penjelasan Konsistensi Logis Iman Dan Mujizat

Beberapa poin antidot terhadap skeptisme di atas kita perhatikan dengan agak rinci.
Allah bisa melakukan apapun yang logis
Pendapat ini sah karena pertimbangan berikut:
1. Allah bisa melakukan apa pun yang mungkin.
2. Apapun yang logis adalah mungkin.
3. Karena itu, Allah bisa melakukan apapun yang secara logis.
Allah mahakuasa, mujizat tidak kontradiksi konsep ini, tetapi sebaliknya,
mengaktualisasikan konsep tersebut. Dia bisa melakukan segala yang logis asal tidak kontradiksi hakekatNya. Dia tidak bisa membuat dosa. Dia tidak bisa membuat segitiga yang persegi empat. Ataupun membuat batu terlalu besar yang tidak kuat diangkatNya sendiri. kemahakuasaanNya dibatasi hakekatNya.
Mujizat menentang logika. Mujizat masih termasuk dalam teritori kemahakuasaanNya. Karena itu Allah bisa melakukan apapun yang tidak melawan logika termasuk mujizat.

Mujizat Adala Sebuah Kemungkinan Logis

Posisi ini sah karena alasan-alasan sebagai berikut:
1. Adapun yang tidakmemperkosa hukum non kontradiksi merupakan kemungkinan logis.
2. Sebuah mujizat tidak memperkosa huku non kontradiksi.
3. Karena itu, mujizat merupakan sebuah kemungkinan logis.
Ketika sebuah mujizat terjadi, hukum alam tidak berhenti beroperasi, hanya ditambahi sesaat oleh penguasa yang membuat hukum-hukum tersebut. Jikalau polisi lalulintas memerintakan kendaraan berjalan pada lampu merah bukan merupakan penghapusan hukum berlalu lintas, tetapi pengecaualian sementara hukum tersebut oleh kepentingan yang lebih tinggi. Hukum gravitasi tidak dibatalkan mana kala sebuah obyek menempel pada magnet. Kekuatan magnetis tidak membtalkan hukum gravitasi, tetapi sekedar mengatasinya saja.
Kadang mujizat mempercepat proses alami. Banyak mujizat sekedar bersifat mempercepat sebuah proses alami. Semacam jalan sepintas terhadap yang biasa dilakukan alam secara reguler. Misalnya penyembuhan, air menjadi anggur, kebangkitan, dan lainnya. Artinya mujizat justru berkaitan dengan hukum alam, dan jangan dipandang sebagai pemerkosaan hukum alam, tetapi penambahan atau pengatasian sementara terhadap hukum lam. Jadi, bagi Allah mujizat adalah sebuah kemungkinan logis.

Hukum Alam Bisa Diatur

Hukum alam tidak bersifat preskriptif tetapi deskriptif. Dia menjeneralisasi hasil observasi. Dia bukan ‘sesuatu” tetapi merupakan penjelasan tentang sesuatu. Hukum alam tidak menciptakan, tetapi merupakan deskripsi alam. Paul Little mengingatkan bahwa “hukum-hukum tidak menciptakan sesuatupun dalam artian sama dengan Allah menciptakan segala. Hukum-hukum itu hanya menjelaskan hal-hal yang sudah ada”. C.S. Lewis menambahkan bahwa “kita terbiasa berbicara seakan-akan (hukum-hukum alam) menjadi peristiwa pencipta yang ada, tapi mereka tidak menciptakan satupun kejadian yang sama sekali. Hukum gerak tidak menjadikan bola biliar bergerak, dia hanya menganalisa gerak setelah sesuatu yang lain menggerakan bola tersebut”.
Hukum alam tidak iman. Dia tidak kebal terhadap campur tangan penciptanya. Dia bisa mengalami pengecualian. Dia bukan sistem tertutup, tetapi terbuka. Hukum alam merupakan kemungkinan statistik rata-rata mengenai perilaku alam. ini sama saja dengan mengatakan bahwa hukum alam merupakan jeneralisasi dia bukan “hukum” dalam artian preskriptif, tetapi sekedar pola-pola observatif. Mujizat hanyalah “sebuah peristiwa yang tidak mengkomfirmasi hukum alam yang biasanya mendeskripsi realita. Hukum alam walaupun teratur namun dia sendiri bisa diatur, karena dia tidak mahakuasa.


Mujizat Konsekuensi Logis Eksistensi Allah

Satu-satunya jalan menyangkali mujizat secara konsisten yaitu menyangkali adanya Allah yang mahakuasa. Lewis menulis “apakah kita harus mengakui mujizat jikalau mengaku Allah? Sesungguhnya anda tidak terelakan dari konsekuensi demikian. Itulah tawaran teologi bagimu. Akui Allah dan bersamanya resiko mengakui beberapa mujizat”.
Dalam paket pribadi supranatural yang diterima, tercakup kemungkinan logis adanya supranatural. R.G. Sproul mengingatkan bahwa “kecuali seorang membuktikan non eksisnya Allah, dia tidak akan bisa secara rasional berkata bahwa mujizat adalah kemustahilan”. Craing menyetujui bahwa “sesungguhnya adanya Allah saja sekaligus berarti mungkinnya mujizat. Jikalau Atheisme dibuktikan benar-benar barulah seorang bisa secara rasional menyangkali kemungkinan mujizat”. Yang mustahil bukannya mujizat itu sendiri, tetapi pembuktian tidak adanya Allah sumber mujizat.
Adanya Allah menjamin dimensi supranatural pada semesta natural. Boa dan Moody mengingatkan bahwa mujizat berkisar pada fakta eksisnya Allah :jikalau allah menciptakan semesta, berarti adanya dimensi supranatural pada realita, dan ini berarti bahwa mujizat adalah mungkin”. Jadi secara logis pengakuan mungkinnya mujizat tercakup dalam pengakuan adanya Allah.

Mujizat Yang Telah Terjadi Bisa Terjadi Lagi

Argumentasi ini berangkat dari yang lebih besar menuju yang kecil. Sebuah argumentasi a fortiori dari suatu yang sudah jadi secara aktual. Artinya sesuatu yang telah terjadi termasuk katergori sesuatu yang mungkin terjadi secara aktual.
Paling tidak satu mujizat sudah terjadi mujizat penciptaan semesta dari yang tidak ada. Argumentasi ini tidak berprinsip “jikalau bisa yang lebih besar, maka yang lebih kecil tidak mustahil”. Allah telah membuat mujizat terbesar dengan mencipta semesta dari nol. Jelas mujizat kecil dalam penciptaanNya tidak mustahil bagi Allah.
Jikalau terjadi mujizat aktual dan lebih besar maka mujizat yang aktual dan lebih kecil termasuk di dalam kemungkinan. Geisler mengingatkan “alam merupakn hasil mujizat besar pertama penciptaan. Sebuah mujizat mencakup intervensi ciptaan Allah yang sama tetapi lebih kecil” semesta merupakan mujizat besar. Mujizat-mujizat ini merupaka mujizat berskala kecil jika dibanding dengan penciptaan.

Mujizat Adalah Kemungkinan Aktul

Semua alasan di atas membawa pada kesimpulan bahwa secara logis dan fisik mujizat mungkin terjadi secara aktual. Mujizat tidak melawan hukum akal dan tidak juga melawan hukum alam. mujizat merupakan pengatasan hukum alam oleh pencipta hukum-hukum alam tersebut. Karena mujizat mungkin secara aktual, apakah mujizat telah terjadi secara aktual?
Boa dan Moody menegaskan “jikalau seprang mengakui eksistesi Allah, dia tidak bisa begitu saja menyangkali kemungkinan sudah terjadinya mujizat. Kini pertanyaannya bukan lagi bersifat filsafat tetapi bersifat sejarah”. Bisa kita simpulkan bahwa di dalam sebuah dunia yang theistik, jawaban tentang aktualitas mujizat bukan soal metafisik; tetapi soal empiris. Yaitu bahwa kemungkinan mujizat ditetapkan secara filosofis, tetapi aktualitas mujizat hanyalah bisa ditetapkan secara historis”.

Menyingkap Kabut Seputar Mujizat

Beberapa kabut filsafat keliru berikut ini perlu disingkap, agar mujizat tidak menjadi korban ditangan orang Kristen yang intelak jujur namun keliru.
Mujizat Adalah Mustahil
Alasan-alasan Benedict Spinoza berargumentasi demikian:
1. mujizat adalah suatu perkosaan trhadap hukum-hukum alam.
2. Sedangkan hukum alam tidak bisa diubah.
3. Lagi pula mustahil kalau hukum alam bisa diatasi.
4. Karena itu mujizat tidak bisa terjadi.

Sanggahan: Argumentasi Spinoza tidak megeani sasaran karena :
1. Hukum alam bukab tidak bisa berubah sebab hukum alam bersifat umum.
2. Lagi pula sesuatu yang tidak berubah mempunyai pengecualian.
3. Mujizat adalah suatu pengecualian yang bisa terjadi terhadap hukum alam.
4. Karena itu mujizat adalah sesuatu yang tidak mustahil.
Sponaza ingin agar orang Kristen mengakui hukum alam yang absolut dan mengecualikan kemungkinan mujizat.
Jerat yang dipasangnya ini yang membuat kita termakan dilema : semua dalah mujizat atau mujizat-mujizatan.
Tetapi kenyataannya, semesta absolut sesuai fisika mekanika newton saja sulit mempertahankan. Ditambah lagi oleh semesta relativitas Enstein prinsip acak-acakan heisenberg dan lainnya, maka hampir tidak ada pakar fisika dewasa ini yang menganut fisika deterministik dimana sains menduduki jabatan legislatif untuk menentukan apa yang mungkin dan yang tidak mungkin dalam semesta. Karena asumsinya keliru, maka kesimpulannyapun salah.

Mujizat Adalah Keanehan

Alasa-alasan David Hume berpendapat bahwa :
1. Hukum alam adalah kejadian yang terjadi secara teratur terus-menerus.
2. Sedangkan hukum mujizat bersifat jarang (sekali-selaki).
3. Bukti terhadap reguler repetitif lebih banyak dari kejadian yang jarang.
4. Seorang bijak selalu mendasarkan kepercayaannya pada bukti yang lebih banyak.
5. Karena itu, seorang bijak tidak percaya kepada mujizat.

David Hume berkata bahwa “agama Kristen bukan saja mencakup mujizat, tetapi hingga kinipun tidak mungkin dipecayai orang berakal … Barang siapa yang terdorong iman untuk mempercayai agama tersebut, melakukan itu dengan sadar bahwa terjadi mujizat yang terus berlangsung pada dirinya, serta memberinya determinasi guna mempercayai hal yang sangat bertentangan dengan kebiasaan dan pengalaman”.
Menurut Hume, memang masuk akal untuk mempercayai adanya Allah, tetapi tidak rasional mempercayai bahwa Allah bertindak di dalam dunia ini.
Sanggahan tetapi Hume salah karena :
1.Bukti kejadian reguler tidak selalu lebih banyak dari peristiwa yang jarang (mis. Teori Big Bang tentang asal usul kosmos, walaupun bukan kejadian reguler tetapi diterima secara luas karena banyak buktinya).
2.Walaupun mujizat adalah peristiwa langkah namum bukti melawan mujizat tidak terlalu kuat.
3.Sebaliknya bisa saja bukti mujizat lebih besar dari pada kejadian reguler.
4.Karena itu, mujizat lebih janggal dari kejadian-kejadian reguler karena memiliki banyak bukti.
Ternyata argumentasi Hume bersifat sirkular karena tanpa menguji data telah mengasumsi dan menyimpulkan benarnya hipotesa sendiri. sebenarnya data primer kebangkitkan dalam PB sudah dimustahilkan sebelum diuji. Bagaiman mungkin membuktikan tidak terjadi mujizat kebangkitan tanpa menguji data PB? Manusia modern tidak akan menggubris analisa dan kesimpulan tentang musik dari orang yang sama sekali tidak mengamati musik.
Bagi teolog Kristen versi Hume, penulis ingin mengingatkan bahwa klaim-klaim Kristus dalam PB dilandasakan keillahianNya. KeillahianNya didasarkan mujizat kebangkitanNya dari antara orang mati . Tidak sirkular tidak mutar-mutar. Kalau bisa membuktikan Kristus tidak bangkit secara historis, maka keillhaianNya tidak berfonedasi, dan klaim-klaimNya hanya ilusi. Akhirnya orang kristen paling malang nasibnya (I Kor. 15:21). Tetapi tidak ada yang bisa membuktikan Dia tidak bangkit secara historis. Para humanismes sudah mati dan tidak bangkit. Demikian pula dengan bultmannian serta kierkegaardian sekalian teologi mereka yang anti mujizat historis; tetapi yesus bangkit secara rill dan karena Dia sudah bangkit juga dalam hati jutaan orang. Yesus memberi mereka pengharpan.
Mujizat memang “aneh” dalam artian langkah aneh tetapi nyata. Karena nyata maka mujizat tidak bisa disangkal. Menganehkan mujizat boleh-boleh saja. Tetapi membuktikan tidak terjadinya mujjizat lah yang menuntut mujizat tersendiri.

Mujizat Tidak Bisa Diramal

Alasan-alasan : ada pula yang menyangkali karena;
1. Mujizat tidak bisa diramal secara ilmiah.
2. Bahwa yang bisa diramal sajalah berhak sebagai penjelasan sebuah peristiwa.
3. Sedangkan sebuah mujizat tidak dapat diduga.
4. Karena itu mujizat tidak berhak dijadikan penjelasan bagi sebuah peristiw.
Sanggahan : Tetapi pandangan ini tidak benar karena:
1.Ramalan hanya berlaku terhadap peristiwa reguler dan repetitif.
2.Sedangkan banyak peristiwa bersifat tunggal, tak berulang (mis. Big Bang).
3.Banyak peristiwa natural tidak mempunyai penjelasan natural.
4.Karena itu, mujizat tidak harus teramal sebelumnya.
Spinoza Dan Hume Kontra Mujizat Dari Segi Logika Dan Identitas
Bagian ini sedikit melanjutkan alasan Spinoza dan Hume berikut sanggahan-sanggahan terhadap argumentasi mereka. Karena apda dasarnya semua argumentasi melawan mujizat merupakan variasi pandangan Spinoza dan Hume.
Spenoza melawan mujizat dengan alasan logis, sedangkan Hume dengan alasan identitas. Yang satu berkata mujizat tidak logis yang lain berkata mujizat tidak bisa identifikasi. Mari kita simak ringkasan pemikiran mereka dosertai evaluasi singkat.

Memasalahkan Logisnya Mujizat

Spinoza menganggap mujizat mustahil secara logika. pemikiran demikian:
1.Apapun yang dikehendaki Allah itulah yang diketahui Allah.
2.Dengan kata lain bagi Allah mengetahui sama dengan menghendaki sesuatu.
3.Demikian pula, Allah mengetahui sesuatu Allah menghendakinya.
4.Artinya, hukum-hukum alam mengalir dari hakekat Allah.
5.Dan hukum alam sesuai dengan hakekat Allah.
6.Berarti, jikalau kita berkata bahwa Allah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum alam, ini sama
saja mengatakan bahwa Allah melakukan sesuatu bertentangan dengan hakekatNya.
7.Tetapi ini mustahil.
8.Sedangkan mujizat bertentangan dengan hukum alam.
9.Kesimpulannya, mujizat adalah mustahil.
10.Karena itu, yang disebut mujizat hanyalah sekedar sebuah peristiwa yang melebihi kapasitas pengetahuan manusia tentang hukum alam.
Kita menolak pendapat spinoza karena :
Sebaliknya kita berkata bahwa mujizat adalah kemungkinan logis karena:
1. Jika Allah mencipta semesta, Allah juga mencipta hukum dalam semesta.
Hukum alam bersifat deskriptif bukan prespektif.
2. Jika Allah mencipta hukum-hukum alam, Allah tentu lebih besar dari
hukum-hukum alam tersebut. Hukum alam bukannya tidak bisa berubah. Lagi pula yang bisa, bisa diatasi, maka mujizat adalah mungkin saja.
3. Dan itulah mujizat pengatasan sebuah huum alam. hukum alam tidak
didasarkan fisika Newton. Karena semesta bersifat terbuka, bukan sistem tertutup.
4. Kesimpulannya: Allah dapat melakukan mujizat.
5. Argumentasi Spinoza membuat kesalahan begs the guestion sudah kesimpulan sebelum memberikan pembuktian. Memang yang tidak berubah tidak bisa brubah. Tetapi koh tahu? Dari man dan apa buktinya? Bukankah hukum acak-acakan Heisenberg tidak menjamin ketidak perubahan dan tempatnya observasi sains?
Justru posisi menolak mujizat secara apriori sendirilah yang tidak logis.
Praduga anti supranatural ini mesti dibuang guna mekarnya diskusi mencari kebenaran. Karena tidak akan ada cukup bukti bagi yang menutup mata terhadap dupranatural. Bagi seorang antisupranatural “seeing is not believing” atau melihat tidak sinonim dengan mempercayai. C.s lewis degan jitu menunjukkan bahwa “Apapun pengalaman yang kita alami, tidak akan dianggap mujizat jikalau kita menganut sifat yang mengucilkan supranatural.
Spinoza memustahilkan mujizat dengan alasan teologis keliru bahawa “tidak ada apapun yang terjadi secara bertentangan dengan tata alam yang kekal dan tak berubah” Dia setarakan hukum alam dengan Allah. Sehingga hukum alam juga tidak berubah.
Jikalau mujizat hanya mengerti spinoza sebagai hal yang belum bisa dijelaskan, mengapakah tidak lebih banyak lagi kejadian demikian? Jikalau mujizat sekedar hukumalam yang belum dipahami, mengapa mereka terjadi ketika Kristus memrintahkan untuk terjadi? Degan kata lain, mengapa peristiwa-peristiwa alam tak dikenal itu terjadi pada (a). saat-saat menumental. (b) . berulangkali, (c). pada waktu yang berbeda-beda, (d). dengan regularitas yang tidak seragam? Sangat minim kemungkinan mengapa semua itu hanya akibat penyebab natural yang belum diketahui. Mengapa yang tidak bisa dijelaskan tersebut enggan disebut penyebab supranatural?
Hukum alam tidak eksis dengan sendirinya, hanya Allah saja eksis dengan sendirinya. Allah bebas menentuka hukm alam maupun yang dikehendakiNya. Meskipun hukum alam adalah bagian dari dekrit kehendak Allah, mengapakah mujizat dikecualikan? Mujizatpun merupakan bagian dari dekrit Allah tanpa harus berubah hakekatNya.
Hume isme bergantung mutlak pada definisi mujizat keliru (mujizat memperkosa hukum alam), sedangkan alasan itu sendiri tidak sah. Mujizat tidak kontras dan tidak membatalkan hukum alam, tetapi di atas hukum alam dalam artian mengatasi atau menambahi pada hukum alam yang ada. Mujizat bersifat supranatural bukan kontras natural. Memang mujizat adalah kejadian luar biasa dan tidak sering terjadi. Tetapi ini tidak berarti mujizat adalah mustahil dan tidak pernah terjadi atau tidak akan terjadi! Bisa saja mujizat sesuai dengan hukum alam dari perspektif Allah, walau tidak dari perspektif manusia.
Ternyata sama sekali tidak ditemukan kesalahan logis dengan mengakui adanya dan kemungkinan adanya mujizat.

Memasalahkan Identitas Mujizat
Karena mujizat tidak bisa dilawan secara logika, maka para skeptis seperti David hume dan anthony flew melawan mujizat dari segi aktuak yaitu “kemustahilan” mendefinisikan mujizat. Flew berkata “singkatnya meskipun mujizat tidaklah mustahil secara logis, tetapi dia mustahil secara aktual”.
Meskipun megakui kemungkinan logisnya mujizat David Hume adalah tokoh utama melawan aktualitas mujizat tidak identifikasi. Jilalau spinoza menyerang kemungkinan terjadinya sebuah mujizat, Hume menyerang kemungkinan mengidentifikasi sebuah mujizat.
Alasan-alasan Hume bisa disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebuah mujizat tidak identifikasi karena setidaknya ada sedemikian banyak bukti melawan mujizat yang bisa kemukakan (mis. Pengalaman keseragaman yang reguler)
2. Karena itu seorang bijak tidak mempercayai mujizat dengan tingkat kepastian memadai.
3. Meskipun bukti mujizat mencapai pembuktian penuh orang bijak tidak juga mempercayai mujizat.
4. Lepas dari itu, bukti mujizat tidak akan sampai mendekati pembuktian penuh. Pengalaman naturl selalu melebih pengalaman yang ajaib.

Hume menambahkan bahwa “jikalau pengalaman seragam bartumpuk menjadi bukti prnuh, berartiada bukti penuh dan langsung, dari hakekat fakta, melawan eksistensi setiap mujizat” Karena itu, Hume menyimpulkan bahwa bukti bagi yang natural lebih banyak dari bukti yang ajaib. Ini semacam teori kebenaran berdasarkan statistik.
Dengan kata lain;
1. Hukum alam berdasarkan pengalaman seragam.
2. Penngalaman seragam tidak terbuka.
3. Karena itu hukum alam tidak terubahkan.
4. Mujizat memperkosa hukum alam.
5. Tetapi mujizat merubah yang tak bisa terubahkan.
6. karena itu mujizat adalah mustahil.

Berikut menyampaikan beberapa sanggahan :

1. Alasan Hume tidak memenuhi syarat begs the question.
Berkata bahwa semua pengalaman bersifat seragam atau tidak terubah sama saja langsung menjawab pertanyaan yang ada sebelum penyelidikikan. Ini merupakan cara berfikir sirkular. Mengapa hnya Hume yang mengetahui bahwa semua pengalaman bersifat uniform?
C.S. Lewis menunjukkan bahwa “memang kita harus setuju dengan Hume bahwa jikalau ada pengalaman seragam yang absolut melawaan mujizat, degan kata lain jikalau mujizat tidak pernah terjadi, tetapi mengapa tidak pernah terjadi. Sayangnya kita mengetahui pengalaman seragam andaikata kita bisa memastikan bahwa semua laporan mengeani mujizat adalah palsu. Dan kita baru bisa mengetahui bahwa semua laporan itu palsu andaikata kita sudah tahu bahwa mujizat tidak pernah terjadi. Itulah argumentasi sirkulat (berputar).

2. Argumentasi Hume membuat kesalahan kategoris
Hume benar mengatakan bahwa masa lalu harus didasarkan pada reguleritas sekaran. Tepai dia keliru mengasumsi bahwa sebuah peristiwa tidak bisa merupakan semua yang singular. Geisler dan Anderson menunjukkan bahwa “Hume melihat dengan benar bahwa pengetahuan masa lalu harus didasarkan pada sebuah regularitas (constant conjunction). Tetapi dia mengasumsi keliru bahwa obyek pengetahuan kita tidak bisa sebuah singularitas”.
Sebaliknya, prinsip ini bisa digunakan menunjukkan bahwa sebuah agen supranatural harus berdiri dibalik sebuah peristiwa supranatural. Karena sebuah efek yang intelegen menuntut penyebab intelegen dibaliknya. Artinya kontra dengan opini orang banyak, argumentasi hume tidak menghancurkan tetapi malah membela pikiran adanya intervensi supranatural di dunia ini.

3. Hume menyimpulkan secara berlebihan prinsip penentuan sesuatu sebagai
fakta.
Sebanarnya kebenaran tidak ditentukan statistik. Ini bukan urusan politik tetapi sejarah. Sebuah peristiwa adalah fakta berdasarkan kejadiannya dan bukan tergantung tingkat kemungkinannya. Misalnya memang sulit menggulirkan lima dadu sekaligus dan semuaanya terbuka angka yang sama. Tetapi kesulitan sendiri tidak bisa meniadiakan fakta andaikata sesuatu sesungguh terjadi.
Jikalau pikiran Hume diaplikasikan secara konsekuen berarti tidak ada kejadian unik dari masa lalu bisa dipercaya. Dan untuk masa kinipun dimustahilkan. Pemikiran Hume bisa diringkas demikian: (a). ketidak mungkinan sama dengan keanehan. (b). setiap peristiwa tunggual adalah tidak mungkin, (b). karena itu setiap peristiwa itu, setiap peristiwa tunggual bersifat aneh. Tidak ada mujizat. Boleh saja logis, tetapi tidak teridentifikasi, semuanya berseragam natural.
C.s. Lewis, mengingatkan bahwa, memang dalam artian demikian mujizat adalah mustahil. Tepai ketidakmunginan demikian tidak dengan sendirinya mereduksi laporan sebuah mujiszat ysng terjadi bersifat aneh tak terpercaya; karena dalam artian semua kejadian pernah sekali bersifat tidak mungkin. Argumentasi Hume mengambil kesimpulan terbanyak dari data yang minim.

4. Secara keliru Hume mengasumsi bahwa mujizat mengkotradiksi hukum alam. Sebetulnya mujizat merupakan aktivitas supranatural, bukan kontrta natural.

5. Hume keliru berasumsi bahwa bukti kejadian reguler selalu lebih besar dari bukti kejadian langka. Para astronomer mempercayai permulaan semesta olah ledakan Big Bang yang tidak terulang, tidak ada repetisi. Tetapi buktinya terlalu banyak untuk disangkalai. Persis mujizat kebangkitan Yesus. Kejadian unik tanpa paralel.
Karena itu dapat kita katakan bahwa sikap menganehkan mujizat sehingga tidak dapat identifikasi gagal meniadakan mujizat. Justru sikap demikian itulah yang aneh.

Beberapa Observasi Tentang Mujizat

Dunia pantheisme tertutup terhadap mujizat.

Dalam bingkai patheisme semua adalah
Allah dan Allah adalah semua. Tidaka ada yang eksis lepas dari Allah. Jikalau Allah di dalam semua berarti tidak ada mujizat yang rill. Dia sudah identik dengan alam dan tidak ada intervensi dari luar. Satu-satunya intervensi reguler dari luar menurut pantheisme adalah hukum karma. Tetapi tidak ada yang menganggap karma itu mujizat.
Andaikata seorang pantheis (mis. Hindu atau kebatinan) masih berbicara soal mujizat, itu sekedar basa basi yang mengkontradiksi asumsi dasar dari teologi pantheisme. Hanya dalam dunia tehisme sajalah terjadi mujizat secara sah.
Dunia Naturalisme Membuat Kosesi Terhadap Mujizat
Pertama, apapun yang sudah terjadi secara aktual, walau tidak berulang kali mujizat sesungguhnya bisa terjadi lagi.
Kedua, sebauh mujizat sudah terjadi secara aktual (mis. Asal usul semesta, asal usul kehidupan, dan kebangkitan). Para sintis skeptik sekalipun mengakui banyaknya data ilmiah yang bahwa semesta mempunyai permulaan. Astrofikawan Robert Jastrow pendiri badan penelitian ruang angkasa Goddard Institute menulis: “sains telah membuktikan bahwa semesta ini terjasi akibat ledakan pada sebuah momen tertentu” Yang berarti pencarian para saentis akan sejarah masa lalu berakhir pada momen pencipta”
Ketia, sains belum bisa menjelaskan asal usul semesta dan kehidupan tetapia rah penjelasan yang ada menuju penjelasan seragam dengan penjelasan biblika. Jestrow mengingatkan bahwa :kita melihat bagaimana bukti-bukti astronomi mengarah kepada pandangan Alkitab mengenai asal usuk dunia. Berbeda dalam detil, tetapi unsur-unsur inti laporan biblika adalah sama : rangkaian peristiwa hingga munculnya manusia dimulai dengan tiba-tiba secara tajam pada momen waktu tertentu, oleh sebuah kilatan sinar dan energi.
Kesimpulannya, sebenarnya sainsa naturalpun mengakui bahwa sebuah mujizat bisa terjadi secara aktual. Entah akan terjadi lagi bukan masalah. Tetapi sains tidak berkualifikasi memproduksi dan melarang kejadian unik (mujizat).

Dunia Theis Terbuka Terhadap Mujizat Adalah tidak logis berangkat dari praduga bahwa sebuah mujizat adalah kemustahilan berdasarkan asumsi naturalistik. Mujizat barulah tidalk logis jika dimengrti sebagai sesuatu mengkontradiksi hukum alam. atau jika hukum-hukum alam bersifat tak bisa berubah (immutable) dan tidak bisa diatasi oleh pengecualian apapun.Tetapi kedua pikiran tersebut keliru besar. Eksistensi Allah berarti keterbukaan terhadap mujizat. Allah bisa membuat apau yang logis. Mujizat adalah sesuatu yang secara logis bisa
Allah kejakan. Karena itu secara logika tidaklah sah memustahilkan mujizat. Dalam bingaki hipotesa pikir yang terbuka terhadap supranaturalisme, mujizat sah secara logis. Entah sudah terjadi, akan terjadi, ataupun tidak akan terjadi nanti. Tetapi tidak mustahil secara logika.


Kesimpulan
Mujizat tidak irasional tetapi transrasional
Yang terpenting mengenai mujizat yaitu definisi mujizat itu sendiri. mujizat adalah sesuatu yang supranatural, tidak kontranatural. Bukan pembatalan sebuah hukum alam (mis. Kematian) tetapi sebuah intervensi terhadap suatu hukum alam (mis. Kebangkitan).
Mujizat adalah sebuah terobosan terhadap suatu haukum alam yang tidak melawan tetapi mengatasi, menuda atau memodifikasinya. Sebuah mujizat tidak beruah suatu hukum alam tetapi menambah terhadap proses alami dan menghasilkan produk baru. Yang natural mati tetap mati. Dengan adanya supranatural mati ya tetap mati. Tidak membatalkan hal natural tersebut. Sedangkan kebangkitan menambah pada yang tadinya hanya mati saja, sehingga kini ada kebangkitan.
Sebuah kualifikasi penting perlu disisipkan bahwa hipotesa supranatural dalam bingkai penjelasan mujizat khusus dan kehidupan pada umumnya bukan irosional tetapi rasional. Doa sembahyang bukan sekedar kebiasaan rasional. Ibadat-ibadat biasa yang dilakukan kaum ilmuwanpun sudah mengakui realita alam supranatural.
Karena kita menekankan bahwa mujizat tidak irasional tetapi transrasional. Bukan antinatural tetapi transnatural. Seorang yang mengakui adanya trasnsrasional transnatural bukannya lebih picik tetapi lebih terbuka dan lebih luas cakrawala kerangka pikirannya dari semua skeptis anti supranatural.
Kebanyakan penyangkalan mujizat lebih bersifat reaksi dari pada pembuktian, lebih merupaka argumentasi emosional dari pada rasional.
Dibingkai pemikiran tersebut kita akan menyimak bersama kebangkitan Yesus yang dilaporkan Injil-Injil. Karena seorang injil belum mengimani Allah yang melakukan mujizat tanpa menjadi irosional dan tidak menjadi anti intelektual.

Mujizat Bukan Magik Tetapi Ilahi

Magik dikontrol dan diperintah manusia; mujizat dikontrol Allah dan tidak bisa diperintah untu k terjadi. Magik berasal dari kekuatan mistik dan alam; mujizat dari kekuatan Allah. Magik diasosiasikan dengan yang jahat; mujizat dengan yang baik. Magik diasosiasikan dengan kesalahan; mujizat dengan kebenaran. Magik tidak dapat mengalahkan yang baik mujizat mengalahkan yang jahat. Magik magik menyangkali penjelmaan Allah; mujizat Kristen mengakui penjelmaan kristus. Dalam magik nubuatan sering salah; dalam Alkitab nubuatan selalu benar. Magik sering diasosiasikan dengan olkutisme; mujizat Alkitab tidak pernah dianggap sihir.
Magik dan supernormal selalu kalah dalam konteks; yang supranatural selalu menang. Magik supernormal tidak dapat menciptakan kehidupan; yang supranatural menciptakan kehidupan; yang supranatural menciptakan kehidupan; Magik supernormal tidak dapat menghidupkan orang mati; kristus bangkitkan lazarus dan dia sendiri bangkit dari antara orang mati.


MORALITAS : APAKAH KEMEROSOTAN MORAL HARGA IMBAS KEMAJUAN ?
Cobaan merasionalisasi imoralitas
Entropi dan kemerosotan moral
Entropi adalah sebuah prinsip matematika berkenaan dengan kemerosotan (disorder) pada sistem tatanan alam. Pakar fisika Lindsay menjelaskan : “Makna Termodinamika Kedua , yaitu hukum peningkatan kemerosotan . Pada setiap proses alami,tendensi yang adaa menunjukan pola gerak dari keteraturan menuju keacakan. Kecenderungan menuju keacakan akibat entropi tidak terhindari.Toh pada akhirnya hukum kedua tersebut akan menang.” Dalam ilmu fisika ini merupakan asumsi dasar.
Prinsip serupa terlihat juga pada dunia moral kecenderungan entropi moral dari
Keteraturan menuju kemerosotan . Paul Johnson membuat observasi bahwa trio Marx, Freud, dan Einstein merupakan simbol pada tahun 1920an bahwa “dunia bukan seperti yang terlihat .....Kesan yang ditarik umum dari Einstein yaitu , segala bentuk takaran nilai bersifat realita, sesuai visi yang kompleks sekaligus menggairahkan yaitu visi anarki moral.”
Sebenarnya anarki moral bukan dilahirkan ilmu fisika di abad XX , karena dia sudah ada sejak Adam dan Hawa di taman Eden. Dia hanya menumpang mekar secara oportunis pada perahu teori yang mendapat angin buritan dan menjadi populer.

SEPUTAR KEBERHASILAN DALAM PERJUANGAN HIDUP

Dua Dosen STAKPN Sentani Telah menyelesaikan program Magister Pendidikan di PPs UNY

Tahun 2004 dua dosen STAKPN Sentani diberi tugas belajar program magister di Universitas Negeri Yogyakarta. masing-masing mengambil program studi Teknologi Pembelajaran (TP) dan Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP). Kedua dosen ini adalah tingkat pendidikan S1-nya sama-sama Sarjana Theologi. Kemudian melanjutkan studi pada program studi yang bukan Theologi atau lanjut studi pada pendidikan umum.Hal itu terjadi karena tuntutan STAKPN Sentani guna peningkatan mutu dosen. Otomatis studi mereka berdua di PPs UNY merupakan sebuah jalan baru yang harus diperjuangkan, karena mereka belajar lintas ilmu (non Teologi). Tantangan demi tantangan mereka hadapi, tetapi mereka tidak patah semangat. Sebab, pemilihan program studi di pascasarjana UNY merupakan bagian dari pengembangan diri dosen dan berangkat dari sebuah impian ke depan.Studi lintas ilmu yang mereka pilih merupakan tantangan yang besar. Sekalipun demikian, mereka berdua telah berjuang dengan baik, sekalipun kelihatan agak lambat dalam menyelesaikan studi. Perjuangan demi perjuangan yang mereka tempuh akhirnya telah membuahkan hasil. Akhirnya, kami panjatkan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Guru Agung yang selalu mendidik atau mengajar kepada anak-anak yang dikasihi-Nya. Karena pada tanggal 27 Agustus 2008, kedua dosen STAKPN Sentani tersebut yaitu Daniel Wenda, S.Th, M.Pd dan Pilipus M. Kopeuw, S.Th, M.Pd telah diwisuda di Audotorium Universitas Negeri Yogyakarta. Peristiwa wisuda ini adalah moment yang sangat membahagiakan seluruh keluarga besar wisudawan/wisudawati sebanyak 1123 yang mengikuti upacara wisuda di Universitas Negeri Yogyakarta, diantara 1123 adalah kedua dosen STAKPN Sentani. Kedua Dosen STAKPN Sentani tersebut adalah Putra Asli Papua. Wisudawan Daniel Wenda, S.Th., M.Pd. berasal dari pendalaman Jayawijaya Wamena dan Pilipus M. Kopeuw, S.Th., M.Pd. berasal dari Sentani. Kedua Putra Papua ini menempuh selama 47 bulan. Pilipus M. Kopeuw di yudisium tang 31 Mei 2008 dan Daniel Wenda di yudisium tanggal 31 Juli 2008 dan tidak lebih dari batas lulus normal. Sekalipun mereka studi agak lama, namun mereka berdua tidak diragukan lagi dalam bidangnya untuk menjalankan tugas sebagai pengajar di Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Burere Sentani Papua. Tidak diragukan dalam arti dibidang spesialis mereka, karena menempuh studi 47 bulan itu telah membekali mereka dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang Teknologi Pembelajaran dan Penelitian, tentu SDM-nya sangat bobot dan sangat siap untuk menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai pengajar. Spesial yang ditempuh Daniel Wenda, S.Th, M.Pd adalah bidang Teknologi Pembelajaran (TP) dan Pilipus M. Kopeuw, S.Th, M. Pd adalah bidang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) di Universitas Negeri Yogyakarta. Selanjutnya Bapak Daniel Wenda pulang ke Papua untuk melaksanakan tugas profesi sebagai pengajar di Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Burere Sentani sedangkan Pilipus M. Kopeuw akan melanjutkan studi program doctor pada program studi yang sama yaitu Prodi PEP di Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. Marcus Labobar, S. Th selaku sebagai Ketua Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Burere Sentani, Bapak Drs. Enos Seno selaku sebagai Kapala bagian Keuangan dan kepegawaian, Bapak Maikel Dandirwalu, S. Th, selaku Kasubbag Kepegawaian dan seluruh staf yang telah membantu kami dalam hal administrasi dan sebagainya selama kami menjalankan perkuliahan di program pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Selain kami, masih ada banyak teman-teman dosen STAKPN Sentani yang tersebar sedang melanjutkan studi berbagai kota studi pada program pascasarjana dan program doktor di seluruh Indonesia. Harapan kami ke depan kepada Bapak Ketua serta seluruh staf baik tenaga edukatif maupun tenaga administratif dapat bekerja sama tanpa deskriminasi etnik dan ras untuk membangun Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Sentani dengan kebersamaan dan loyalitas.


Artikel dan Tulisan Ilmiah

ABSTRAK TESIS S2 Teknologi Pembelajaran di Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, Karya :

DANIEL WENDA berjudul "Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbasis Komputer Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen bagi SMA"

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan multimedia pembelajaran berbasis komputer pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen yang baik bagi siswa SMA, ditinjau dari aspek pembelajaran, isi, tampilan, dan pemrograman.

Pengembangan multimedia berbasis komputer dilakukan dengan lima tahapan, yaitu analisis, desain, produksi, uji coba, dan distribusi. Tahap analisis meliputi analisis tujuan pembuatan dan bentuk pembuatan produk. Tahap desain pembuatan prototipe, storyboard, dan bahan-bahan yang diperlukan. Tahap produksi penyediaan semua bahan-bahan yang diperlukan, sinkronisasi, dan menguji coba jalannya program. Tahap uji coba terdiri atas uji kelayakan terbatas oleh ahli materi dan ahli media, uji di lapangan yaitu; uji coba satu-satu,uji coba kelompok kecil, dan uji coba kelompok besar, dan verifikasi. Tahap distribusi yaitu menyebarluaskan produk yang sudah direvisi ke pengguna. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi, kuesioner dan tes, dan dianalisis dengan statistik deskriptif dengan teknik persentase dan kategorisasi. Hasil uji coba digunakan untuk memperbaiki multimedia berbasis komputer hasil pengembangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengembangan multimedia berbasis komputer sudah menggunakan kaidah-kaidah pengembangan produk dari Macromedia. Multimedia berbasis komputer hasil pengembangan dinilai “Sangat Baik” dari aspek: pembelajaran (skor rata-rata 3,55), isi (skor rata-rata 3,45), tampilan (skor rata-rata 3,28), dan pemrograman (skor rata-rata 3,29). Secara keseluruhan multimedia berbasis komputer hasil pengembangan dinilai “Sangat Baik” untuk pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen bagi siswa SMA, dengan skor rata-rata 3,40.

=============================================